Sikap cinta dunia merupakan penyakit yang sangat berbahaya yang akan merusak manusia. Orang yang mencintai dunia tidak akan mengingat akhirat yang merupakan tujuan hidupnya di dunia. Ia juga akan bersikap sewenang-wenang terhadap orang lain karena satu-satunya yang menjadi tujuan hidupnya adalah dunia dengan segala kenikmatannya.

 413 Anas ibn Malik r.a. menuturkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Barang siapa yang niatnya adalah akhirat, Allah akan memberikan kecukupan dalam hatinya, menghimpun urusannya, dan memberinya dunia meski hatinya tidak menginginkan. Ia akan selalu merasa kaya di pagi dan sore hari. Tapi, barang siapa yang niatnya adalah dunia, Allah akan menjadikan kefakiran di pelupuk matanya, mencerai beraikan urusannya, dan tidak memberinya dunia kecuali yang telah ditentukan untuknya. Ia akan selalu merasa miskin di pagi dan sore hari.” ( Al-Targhib (IV/122), Al-Majma’ (X/247), al-Mathalib (3270), al-Hilyah (VI/307) )

Khutbah Nabi saw. ini menjelaskan makna kaya yang sesungguhnya. Orang yang kaya bukanlah orang yang memiliki berlimpah harta, melainkan orang yang merasa cukup dari segala sesuatu sehingga tak membutuhkan apapun. Ia tak lagi butuh kepada manusia atau makhluk lainnya. Satu-satunya kebutuhan dalam hidupnya adalah kepada Allah. Orang yang kaya hati akan menerima semua pemberian Allah dengan penuh rasa syukur, ikhlas, dan lapang dada. Orang yang kaya adalah orang yang menjadikan akhirat sebagai tujuan hidupnya, bukan dunia.

 418 Anas ibn Malik r.a. menuturkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Wahai manusia, bertakwalah kepada Allah dengan sebaik-baik takwa, berjuanglah untuk meraih rida-Nya, yakinlah bahwa dunia ini fana dan akhirat itu abadi. Beramallah untuk kehidupanmu sesudah mati seolah kau tak pernah ada di dunia dan tak pernah binasa di akhirat.

Wahai manusia, manusia di dunia ini bagaikan tamu yang sedang menempuh perjalanan jauh dan tidak membawa bekal apa-apa. Ingatlah dunia adalah hidangan bagi orang baik dan orang jahat, sedangkan akhirat adalah janji yang benar, yang dikuasai oleh sang Maharaja dan Mahakuasa.

Allah merahmati orang yang mengetahui kemampuan dirinya dan menyiapkan diri untuk debu kuburnya selama kendali dan tali kekangnya masih dikuasai (umurnya masih ada) sebelum ajal datang yang akan memutus semua amal.” ( Ahmad (IV/70, VI/402, 403), al-Baghawi, Syarh al-Sunnah (I/391), Ibn Arabi, al-Washaya (272) )

419 Auf ibn Malik menuturkan bahwa suatu ketika Rasulullah saw. berdiri di hadapan para sahabat dan bersabda, “Bukan kefakiran yang seharusnya kalian takutkan atau dunia yang harus kalian cemaskan. Sungguh, Allah akan menaklukan negri Roma dan Persia untuk kalian. Kekayaan dunia akan di limpahkan kepada kalian hingga tak ada yang bisa menyesatkan kalian sepeninggalku, dan seandainya ada yang bisa menyesatkan kalian maka itu tak lain adalah dunia.” ( Ahmad (VI/24), Al-Targhib (VI/181), Ibn Asakir (I/98), Al-Majma’ (X/245) )

Sekali lagi Rasulullah saw. memperingatkan umatnya tentang bahaya dunia. Lebih jauh, Rasul meramalkan bahwa kaum muslim akan menaklukan Romawi dan Persia sehingga urusan dunia sama sekali tidak menjadi kekhawatiran beliau. Satu hal yang sangat dikhawatirkan oleh Rasulullah saw. adalah jika umatnya semakin mencintai dunia. Bahaya kecintaan dunia lebih berbahaya jika dibandingkan dengan bahaya musuh atau kefakiran. Dunia lebih mampu menyesatkan dibandingkan kaum kafir yang memusuhi.

 

430 Anas ibn Malik r.a. menuturkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tanda lemahnya keyakinan (al-yaqin) adalah mencari rida manusia seraya membuat Allah murka; mendengki mereka atas rezeki yang telah Allah tetapkan, dan mencela mereka atas sesuatu yang tidak diberikan Allah kepadamu. Sungguh, rezeki Allah tidak akan diperoleh karena ketamakan seseorang dan tidak akan tertolak karena kebencian seseorang. Allah menjadikan ketenangan dan kelapangan berada dalam keyakinan dan keridaan, sedangkan kegelisahan dan kesedihan berada dalam keragu-raguan dan kebencian. Jika kau meninggalkan sesuatu karena takwamu kepada Allah, niscaya Allah akan memberimu yang lebih baik, dan jika kau mengerjakan sesuatu karena ingin mendekatkan diri kepada Allah, niscaya Allah mengganjarmu dengan pahala. Maka, jadikanlah ambisimu dan usahamu hanya demi akhirat; negeri yang di dalamnya takkan pernah habis pahala orang yang diridai-Nya dan takkan pernah putus siksaan orang yang dimurkai-Nya.” ( Musnad Syihab ( 1135, 1136, 1137, 1138), al-Durr al-Muntasyirah (158), al-Zanjani (II/31)  )

 

439 Abu Musa al-Asy’ari r.a. menuturkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “janganlah mencela dunia. Sebab, dunia adalah kendaraan terbaik orang mukmin yang bisa mengantarkannya dalam kebaikan dan membuatnya selamat. Sungguh, apabila seorang hamba berkata, ‘Laknat Allah bagi dunia’ maka dunia akan membalas, ‘Laknat Allah bagi pembangkang tuhannya.’” ( Ibn Adi (I/304), Ithaf al-Sadah (I/100), al-Kanz (6343), Kasyf al-Khafa (II/496) )

 

Khutbah Nabi ini termasuk salah satu hadis yang memperingatkan kita agar tidak mencela dunia. Khutbah inilah yang dijadikan sandaran oleh Ibn Arabi (w. 638 H) ketika menjelaskan hakikat dunia. Menurutnya, dunia bukanlah sesuatu yang tercela dan layak dicela. Satu-satunya yang pantas dicela dan layak tercela adalah sikap manusia yang berlebih-lebihan terhadap dunia

Sumber: Buku Pintar Khutbah Rasulullah